terbangunsalah satunya penggunaan lahan permukiman. Konversi ini disebabkan oleh Penelitian ini berangkat dari adanya suatu fenomena yang terdapat di suatu wilayah yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis faktor penyebab dan pola segregasi yang terjadi di Kawasan Permukiman Solo Baru dan sekitarnya sehingga didapatkan tipologi
Konversilahan pertanian menjadi permukiman pasti akan menimbulkan dampak. baik dampak positif maupun dampak negatif. yang tidak tergolong dampak negatif konversi lahan berikut ini adalah: hilangnya lahan ruang terbuka hijau. banyaknya limbah dari berbagai industri. petani dan buruh tani kehilangan mata pencaharian. berkurangnya lahan resapan air.
Konversilahan pertanian tidak dapat dicegah karena manusia membutuhkan tempat tinggal. Konversi lahan identik dengan. Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman hampir terjadi di seluruh negara ASEAN. Alih fungsi lahan ini biasanya terjadi di daerah Kebutuhan lahan di negara ASEAN semakin meningkat. akibatnya, terjadi
Hasilpenelitian: 1) sebaran perubahan penggunaan lahan permukiman terjadi pada setiap desa di Kecamatan Grogol. Besarnya perubahan lahan menjadi permukiman yang terjadi adalah sebesar 176,6814 ha. Perubahan penggunaan lahan permukiman terbesar terdapat di Desa Telukan sebesar 43,58 ha , kemudian Desa Gedangan sebesar 34,50 ha, Desa Sanggrahan
1 konversi lahan pertanian terjadi hampir di semua negara anggota ASEAN. kondisi tersebut dapat menguntungkan dan merugikan. Jelaskan pernyataan tersebut !2. beberapa negara di Asia Tenggara telah menjadi pilihan tujuan wisata orang Indonesia seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Mengapa banyak orang Indonesia berkunjung ke negara-negara tersebut ?3.
wilayahyang lebih kecil dan diperuntukkan bagi = 3.000 jiwa dengaan luas lahan min = 300 m². Penyebaran penduduk Kelurahan lakkang tersebar pada kawasan permukiman yang berpola memanjang/linear mengikuti bentuk jalan. Penduduk yang tinggal di kawasan permukiman ini merupakan penduduk yang bekerja di bidang jasa dan
wu9K. - Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar penduduknya menggantungkan kehidupan mereka pada hasil pertanian. Selain itu, ada fenomena lain yang juga menunjukkan bahwa penduduk Indonesia semakin hari terus meningkat. Pada 2009, jumlah penduduk Indonesia diketahui sudah mencapai 230 juta jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 1,33 tersebut lantas membuat salah satu negara ASEAN ini memiliki jumlah kebutuhan yang lebih besar. Salah satunya kebutuhan pada lahan. Namun, seiring berkembangnya zaman, terjadi konversi lahan dari yang awalnya untuk pertanian menjadi non-pertanian. Lalu, apa faktor pendorong konversi lahan di ASEAN?Baca juga Apa Peran Indonesia dalam Bidang Ekonomi di ASEAN? Pertumbuhan perkotaan Pada dasarnya, faktor pendorong konversi lahan di ASEAN terdiri atas tiga hal, yaitu faktor eksternal, faktor internal, dan faktor kebijakan. Faktor eksternal yang mendorong konversi lahan di ASEAN adalah pertumbuhan perkotaan fisik atau spasial, demografi ataupun ekonomi. Konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsi semula menjadi fungsi lain terhadap lingkungan dan potensi dari lahan itu sendiri. Perubahan fungsi ini tentu didorong oleh beberapa faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin lama semakin bertambah jumlahnya, sehingga tuntutan akan mutu kehidupan juga ingin lebih baik.
Pengaruh Konversi Lahan Pertanian ke Industri dan Pemukiman terhadap Perubahan Ruang dan Interaksi Antarruang – Pernahkah kalian mendengar negara Singapura melakukan reklamasi untuk memperluas daratan? Reklamasi adalah alih fungsi lahan pantai menjadi daratan. Reklamasi tersebut disebut salah satu bentuk alih fungsi lahan yang disebut konversi lahan. Biasanya, mengubah area pertanian menjadi area dengan kegunaan lain, misalnya menjadi permukiman atau industri. Konversi lahan menjadi fenomena yang sering dijumpai di negara-negara ASEAN. Konversi lahan pertanian sering terjadi di negara-negara ASEAN dengan laju pertumbuhan penduduk relatif tinggi, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Filipina. Konversi terjadi terutama di daerah pinggiran kota ataupun area persawahan yang letaknya berdekatan dengan fasilitas umum, seperti di dekat pasar. Konversi lahan pertanian bersifat menular, artinya ketika satu petak lahan telah dikonversi, lahan pertanian di sekitar petak tersebut juga rawan dikonversi. Hal ini berpengaruh terhadap kelangsungan kehidupan masyarakat di daerah tersebut. Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri Konversi lahan pertanian menjadi lahan industri banyak terjadi di negara-negara sedang berkembang, seperti negara-negara ASEAN. Konversi lahan pertanian menjadi lahan industri banyak terjadi di pinggir kota. Biasanya, pemilik perusahaan mendirikan industri di sana karena beberapa alasan, di antaranya sebagai berikut. Pembangunan industri lebih memilih lahan yang strategis. Sebagian besar lahan strategis tersebut merupakan lahan lahan pertanian relatif lebih murah dibandingkan dengan lahan industri memilih akses yang lebih dibangun dekat dengan bahan baku lahan pertanian menjadi pilihan yang sosial dan budaya hukum waris. Konversi lahan pertanian menjadi industri mengakibatkan petani “terusir” dari tanah mereka digantikan oleh uang. Awalnya, petani di pedesaan mempunyai tanah, namun kemudian mereka menjadi petani gurem dan tak bertanah. Kondisi ini memengaruhi sistem sosial dan budaya hukum waris yang berorientasi pada nilai uang. Anak-anak petani tidak lagi diwarisi lahan pertanian, tetapi diganti dengan pembagian uang hasil penjualan lahan lahan dalam pembangunan industri memerlukan perhatian beberapa negara industri. Pasalnya, tidak semua industri yang akan atau sudah dibangun berada di lahan yang tepat dan tidak menempati lahan produktif seperti lahan pertanian. Berbagai masalah akan timbul akibat konversi lahan dari lahan pertanian menjadi industri, antara lain Lahan pertanian berkurang, yang membuat produktivitas pangan dari pertanian pertanian sekitar industri berpotensi terkena imbas pencemaran akibat limbah atau polusi dari industri baik tanah, air, maupun lahan itu menular, yang mengancam ketersediaan lahan Konversi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Permukiman Permukiman menjadi kebutuhan pokok manusia. Semakin banyak jumlah manusia, area permukiman yang dibutuhkan juga semakin luas. Kondisi ini terjadi juga di negara-negara anggota ASEAN. Konversi lahan pertanian menjadi permukiman marak dilakukan di negara-negara ASEAN. Konversi lahan pertanian menjadi permukiman pasti akan menimbulkan dampak, sama seperti konversi lahan pertanian menjadi lahan industri. Biasanya, selalu berdampak negatif apabila dilihat dari sisi fungsi lahan pertanian itu sendiri. Adapun dampak negatif dari Konversi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Permukiman adalah sebagai berikut. Luas lahan pertanian semakin berkurang sehingga produktivitas pangan semakin dan buruh tani kehilangan mata lahan ruang terbuka hijau RTH.Berkurangnya lahan resapan air. Konversi lahan identik dengan perubahan kondisi ruang. Konversi lahan tidak dapat dicegah karena kebutuhan manusia akan ruang tidak dapat dihindari. Mencegah konversi lahan bisa jadi menghambat pembangunan suatu negara. Oleh karena itu, konversi lahan pertanian harus tetap terjadi. Meskipun demikian, kita harus mengawasi konversi lahan yang terjadi, jangan sampai mengganggu keseimbangan alam, ekosistem, dan kelangsungan hidup sebagian warga negara. Video Pembelajaran Pengaruh Konversi Lahan Pertanian ke Industri dan Pemukiman terhadap Perubahan Ruang Berikut ini adalah video pembelajaran yang bisa kalian gunakan untuk melengkapi pengalaman belajar dan menambah wawasan IPS. Latihan Soal Evaluasi Pembelajaran Setelah membaca dan menonton bahan ajar online di atas silakan kerjakan asesmen pembelajaran IPS berikut ini. Demikianlah bahan ajar online materi Pengaruh Konversi Lahan Pertanian ke Industri dan Pemukiman terhadap Perubahan Ruang yang bisa kami sajikan. Semoga bermanfaat untuk Anda semua
penegakan hukum secara tegas harus diterapkan terhadap para perusak hutan ANTARA - Rehabilitasi hutan bakau di pesisir Pantai Gambesi, Kota Ternate, Maluku Utara, yang mengalami kerusakan parah, kini terus dilakukan dengan cara menanam ribuan bibit di hutan bakau seluas 20 hektare. Merehabilitasi kerusakan hutan bakau atau mangrove dengan cara seperti itu juga terlihat di sembilan kabupaten kota lain di provinsi kepulauan ini. Harapannya, 10 tahun ke depan sudah dapat tertangani semuanya, terutama hutan bakau yang menjadi pelindung permukiman warga masyarakat. Pemerintah daerah bersama instansi terkait serta berbagai elemen pencinta lingkungan dan masyarakat di Malut terus berkolaborasi menangani kerusakan hutan bakau di daerah ini sebagai wujud kepedulian menjaga kelestarian tanaman pantai multifungsi itu. Penyebab utama kerusakan hutan bakau di provinsi berpenduduk 1,4 juta jiwa ini adalah eksploitasi berlebihan yang dilakukan masyarakat untuk berbagai keperluan, seperti bahan bangunan rumah, pembuatan arang, kayu bakar, hingga material penopang pengerjaan bangunan bertingkat. Pengalihfungsian hutan menjadi permukiman, fasilitas umum, dan tempat usaha juga memberi kontribusi terhadap kerusakan hutan di Malut, seperti terlihat di Pantai Mangga Dua Kota Ternate, yang nyaris tidak menyisakan mangrove karena berubah menjadi area permukiman. Luas hutan bakau di provinsi yang terkenal dengan rempah ini tercatat ha, sebagian besar berada di Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Halmahera Barat, dan Kabupaten Halmahera Tengah. Akan tetapi, lebih dari 50 persen dari luas hutan itu mengalami kerusakan berat dan ringan. Kerusakan hutan bakau di Malut telah mengakibatkan berkurangnya keragaman jenis tanaman ini di sejumlah kabupaten/kota, misalnya, di Kota Ternate yang semula memiliki lebih dari 30 jenis, kini tinggal tersisa 15 jenis mangrove. Abrasi pantai yang mengancam permukiman masyarakat dan fasilitas umum di sejumlah wilayah pesisir dan pulau kecil di Malut, juga merupakan dampak dari kerusakan hutan mangrove di wilayah pesisir setempat karena salah satu fungsi tanaman ini mencegah abrasi. Gubernur Malut Abdul Gani Kasuba dan seluruh bupati/wali kota di provinsi ini telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mencegah laju kerusakan hutan bakau, di antaranya larangan penebangan pohon ini untuk kebutuhan apa pun. Kebijakan larangan serupa juga diberlakukan terhadap pengalihfungsian hutan mangrove menjadi area permukiman dan tempat usaha. Selain itu, juga mewajibkan para pengusaha konstruksi tidak menggunakan kayu bakau dalam pengerjaan bangunan bertingkat atau konstruksi lainnya. Berdasarkan Peta Mangrove Nasional dari Kementerian Lingkungan Hidup, total luas lahan bakau di Indonesia tahun 2021 tercatat 3,36 juta ha atau 20 persen dari luas bakau di dunia, yang terdiri atas 2,6 juta ha dalam kawasan dan 702 ribu ha di luar kawasan atau mengalami penambahan luas 52 ribu ha dibandingkan tahun 2019 seluas 3,31 juta ha. Multifungsi Mangrove yang nama Latinnya Rhizophora ini memiliki multifungsi yang sangat penting, baik bagi kelestarian ekosistem pantai maupun kehidupan sosial ekonomi masyarakat, terutama yang bermukim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Hutan bakau dapat mencegah abrasi pantai, menghalangi sedimentasi perairan laut akibat erosi dari daratan, hingga mengurangi dampak gelombang pasang terhadap permukiman masyarakat yang berada di bibir pantai saat terjadi cuaca buruk, air pasang, hingga tsunami. Hutan bakau juga menjadi habitat berbagai jenis biota laut, seperti udang, kepiting, kerang-kerangan, dan ikan. Bahkan untuk jenis ikan tertentu malah menjadikan kawasan mangrove sebagai tempat pemijahan. Selain itu, hutan bakau juga dimanfaatkan berbagai jenis burung, seperti bangau untuk bersarang dan bertelur. Fungsi lain mencegah polusi, bahkan mangrove memiliki kemampuan lebih besar dalam menyerap karbondioksida dan mengubahnya menjadi oksigen sehingga berkontribusi dalam mengurangi kerusakan lapisan ozon akibat emisi gas. Bagian dari tanaman bakau, terutama daun, kulit, dan akar menjadi bahan baku obat herbal. Masyarakat Malut sampai saat ini masih memanfaatkan tanaman pantai itu untuk pengobatan tradisional untuk mengobati berbagai jenis penyakit, seperti diare, kusta, flu, luka, bisul, mag, dan hipertensi. Banyaknya fungsi hutan mangrove itu, menurut pemerhati lingkungan di Malut Djafar Mustafa, harus disosialisasikan secara masif kepada masyarakat agar mereka ikut berkontribusi melestarikan bakau, minimal mereka tidak melakukan aktivitas yang dapat merusak hutan itu. Tokoh adat, agama, dan tokoh lain yang berpengaruh di masyarakat harus diberi peran besar dalam upaya menyosialisasikan fungsi mangrove karena masyarakat yang umumnya masih menganut paham feodal mematuhi apa yang disampaikan tokoh-tokoh seperti itu. Di sisi lain, penegakan hukum secara tegas harus diterapkan terhadap para perusak hutan mangrove . Akan tetapi penerapannya harus tetap bijak dan tidak boleh tebang pilih karena terkadang jika pelakunya masyarakat biasa diproses cepat, sedangkan jika orang penting cenderung didiamkan. Djafar Mustafa melihat perlunya mengupayakan konsep simbiosis mutualisme antara hutan mangrove dengan masyarakat. Di satu sisi, hutan mangrove terbebas dari perusakan dan di sisi lain masyarakat dapat menikmati manfaat dari keberadaan hutan bakau. Pengembangan hutan bakau menjadi objek wisata dengan memberi kewenangan penuh kepada masyarakat setempat sebagai pengelola, merupakan contoh dari konsep simbiosis mutualisme, seperti yang diterapkan di berbagai daerah di Pulau Jawa dan Sumatera. Kemudian, menjadikan hutan bakau sebagai tempat budi daya ikan atau kepiting juga merupakan penerapan konsep simbiosis mutualisme antara hutan bakau dengan masyarakat. Dengan demikian, masyarakat akan selamanya menjaga hutan mangrove sebagai tempat mencari nafkah. Editor Achmad Zaenal MEditor Achmad Zaenal M COPYRIGHT © ANTARA 2023
JawabanKonversi lahan pertanian sering terjadi di negara-negara ASEAN dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi, seperti Indonesia, Malaysia, Thayland, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Filipina. Konversi biasanya terjadi di daerah pinggiran kota atau daerah persawahan yang dekat dengan fasilitas menjadi kebutuhan pokok manusia, semakin banyak jumlah manusia, maka areal pemukiman yang dibutuhkan juga semakin faktor utama penyebab terjadinya perubahan sistem konfersi lahan pertanian menjadi tempat permukiman dikarenakan banyaknya warga yang semakin bertambah dan berjumlah sangat banyak setiap tahunnya maka dari itu perlu untuk mengubah lahan pertanian untuk dijadikan tempat tinggal warga disekitarnya dan juga jumlah warga negara yang begitu pesat penduduknya tidak diketahui berapa jumlah nya dan pemerintah mengajukan untuk membuat perumahan/permukiman disekitar meningkatnya jumlah penduduk berarti jumlah kebutuhan menjadi lebih besar, salah satunya kebutuhan pada lahan. Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian dalam bidang pertanian, maka semakin sempitlah lahan garapan karena telah dikonversi menjadi lahan permukiman, jalan, industri dan lainnya. Konversi lahan pada dasarnya merupakan hal yang wajar terjadi, namun pada kenyataannya konversi lahan menjadi masalah karena terjadi di atas lahan pertanian yang masih produktif dan ketersediaannya yang terbatas. Proses terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian disebabkan oleh beberapa faktor meliputi faktor eksternal adanya dinamika pertumbuhan perkotaan, demografi maupun ekonomi, faktor internal kondisi sosial-ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan, dan faktor kebijakan aspek regulasi yang dikeluarkan pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian. Dampak konversi lahan sawah antara lain menurunkan produksi padi nasional, kerugian akibat investasi dana untuk mencetak sawah, membangun waduk dan sistem irigasi. Dampak lainnya adalah menurunnya kesempatan kerja dalam bidang pertanian dan degradasi lingkungan. Upaya pencegahan konversi lahan sawah yang dapat dilakukan hanya bersifat pengendalian yang bertitik tolak dari faktor-faktor penyebab terjadinya konversi lahan sawah, yaitu faktor ekonomi, sosial, dan perangkat hukum. Selain itu, hendaknya didukung oleh keakuratan pemetaan dan pendataan penggunaan lahan yang dilengkapi dengan teknologi yang adalah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertuliskonvensi /konvénsi/ n 1 permufakatan atau kesepakatan terutama mengenai adat, tradisi, dsb berdasarkan - , sudah sewajarnya pria melindungi wanita; 2 perjanjian antarnegara, para penguasa pemerintahan, dsb - Hukum Laut telah disetujui oleh negara sedang berkembang; 3konferensi tokoh masyarakat atau partai politik dng tujuan khusus memilih calon untuk pemilihan anggota DPR dsb.
area permukiman yang dibutuhkan juga semakin luas. Kondisi ini terjadi juga di negara-negara anggota ASEAN. Konversi lahan pertanian menjadi permukiman marak dilakukan di negara-negara ASEAN. Konversi lahan pertanian menjadi permukiman pasti akan menimbulkan dampak, sama seperti konversi lahan pertanian menjadi lahan industri. Biasanya, selalu berdampak negatif apabila dilihat dari sisi fungsi lahan pertanian itu sendiri. Adapun dampak negatifnya itu adalah sebagai berikut. 1 Luas lahan pertanian semakin berkurang sehingga produktivitas pangan semakin kecil. 2 Petani dan buruh tani kehilangan mata pencahariannya. 3 Hilangnya lahan ruang terbuka hijau RTH. 4 Berkurangnya lahan resapan air. Konversi lahan identik dengan perubahan kondisi ruang. Konversi lahan tidak dapat dicegah karena kebutuhan manusia akan ruang tidak dapat dihindari. Mencegah konversi lahan bisa jadi menghambat pembangunan suatu negara. Oleh karena itu, konversi lahan pertanian harus tetap terjadi. Meskipun demikian, kita harus mengawasi konversi lahan yang terjadi, jangan sampai mengganggu keseimbangan alam, ekosistem, dan kelangsungan hidup sebagian warga negara. Ringkasan • Letak astronomis negara-negara ASEAN adalah 28°LU-11°LS dan 93°BT- 141°BT. • Berdasarkan letak geografis, negara-negara ASEAN berada di antara dua samudra dan dua benua. • Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan jarak relatif antara dua negara semakin pendek. • Adanya kebutuhan untuk meningkatkan kebutuhan ekonomi menyebabkan terjadinya interaksi antarnegara terutama dalam hal perdagangan. • Konversi lahan pertanian menyebabkan perubahan ruang. • Setiap negara di Asia Tenggara memiliki karakteristik berbeda. • Kerja sama antarnegara dilakukan karena terdapat kebutuhan berbeda di setiap negara. • Kerja sama di berbagai bidang mengakibatkan adanya perubahan ruang dan interaksi atau aktivitas masyarakat ASEAN dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan pendidikan. Kerjakan di buku tugasmu! I. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. 1. Negara yang berbentuk geografis protruded dan penduduknya mayoritas ras mongol yaitu . . . . a. Myanmar b. Thailand c. Laos d. vietnam 2. Negara yang terletak paling utara di ASEAN yaitu . . . . a. Thailand b. Myanmar c. Filipina d. Kamboja Latihan 3. Bentuk karakteristik budaya yang diakibatkan perbedaan iklim kawasan negara- negara ASEAN yaitu . . . . a. cara berpakaian b. cara berbicara c. upacara perkawinan d. pola makan 4. Akibat dari banyak negara-negara ASEAN yang dilewati jalur lipatan Sirkum Pasifik adalah . . . . a. sering terjadi banjir b. beriklim tropis c. banyak memiliki pantai d. sering terjadi gempa bumi 5. Negara anggota ASEAN yang kegiatan perekonomiannya tidak didukung oleh pertanian yaitu . . . . a. Indonesia b. Malaysia c. Singapura d. Laos 6. Manakah dari negara-negara ASEAN berikut yang memiliki iklim subtropis? a. Myanmar b. Laos c. Filipina d. Vietnam 7. Iklim yang terbentuk akibat letak negara-negara ASEAN di sekitar khatulistiwa dan diapiti daratan luas Asia dan Australia yaitu . . . . a. iklim tropis dan iklim musim b. iklim tropis dan iklim laut c. ilklim laut dan iklim hutan hujan d. iklim kemarau dan iklim musim penghujan 8. Kerja sama yang diadakan para menteri pada pertemuan Defence Ministers Meeting ADMM membahas bidang . . . . a. sosial b. pendidikan c. politik d. budaya 9. Berdasarkan keputusan Mahkamah Internasional, Pulau Ligitan dan Sipadan diberikan kepada negara . . . . a. Indonesia b. Singapura c. Filipina d. Malaysia 10. Nilai positif dari kasus pengungsi manusia perahu dari Myanmar yang menimbulkan interaksi antarnegara ASEAN antara lain . . . . a. bertambahnya warga asing b. memupuk rasa kemanusiaan c. meningkatkan persaingan kerja d. diskriminasi sosial pengungsi 11. Salah satu bentuk kerja sama negara-negara ASEAN di bidang pedidikan yaitu . . . . a. ASEAN Commission on the Promotion and Protection of the Rights of Women and Children b. ASEAN Council Teachers Convention c. ASEAN Tourism Agreement d. Defence Ministers Meeting 12. Salah satu kerja sama antarnegara ASEAN di bidang industri berikut ini adalah . . . . a. proyek industri tambang ASEAN Copper Fabrication Project di Filipina dengan Singapura b. proyek vaksin ASEAN Vaccine Project di Singapura dengan Kamboja c. proyek pupuk ASEAN Aceh Fertilizer Project di Indonesia dengan Malaysia d. proyek soda api Rock Salt Soda Ash Project di Thailand dengan Indonesia 13. Salah satu bentuk kerja sama di bidang politik antarnegara-negara ASEAN adalah . . . . a. membangun pupuk urea di Malaysia b. menanggulangi penyalahgunaan narkotika c. melaksanakan festival seni ASEAN d. membentuk Pusat Informasi Pariwisata 14. Faktor pendorong kerja sama antarnegara ASEAN yaitu . . . . a. kesamaan dan perbedaan ideologi b. kesamaan dan perbedaan sumber daya alam c. kesamaan dan perbedaan kondisi geografis 15. Bentuk kerja sama dalam bidang politik antara lain . . . . a. penyelenggaraan pesta dua tahun sekali SEA-Games b. menyediakan cadangan pangan untuk negara-negara ASEAN c. traktat Bantuan Hukum Timbal Balik di Bidang Pidana Treaty on Mutual Assistance in Criminal Matters/MLAT d. penandatanganan kesepakatan bersama ASEAN Tourism Agreement 16. Sungai yang dimanfaatkan sebagai sarana transportasi utama di Indonesia, yaitu . . . . a. Sungai Musi b. Sungai Barito c. Sungai Mahakam d. Sungai Bengawan Solo 17. Perhatikan contoh di bawah ini. 1 Penggunaan monorel kereta jurusan Bandung-Jakarta. 2 Kemacetan yang panjang di Johor, Malaysia. 3 Penggunaan hutan sebagai jalur Jalan Lintas Selatan JJLS di Jawa. 4 Pembangunan transportasi bawah tanah di Thailand. 5 Alih fungsi lahan dari pemukiman menjadi kawasan bandar udara. Manakah pernyataan yang menunjukkan dampak negatif dari interaksi antarnegara-negara ASEAN yang menimbulkan perubahan di bidang transportasi? a. 1, 2, dan 4. b. 1, 3, dan 5. c. 2, 3, dan 5. d. 3, 4, dan 5. 18. Nelayan ikan dengan skala besar yang beroperasi di kawasan Asia Tenggara memanfaatkan data cuaca, suhu, arah angin untuk mencari ikan di lautan. Fenomena ini berkaitan dengan faktor yang mempengarui interaksi antarruang, yaitu . . . . a. faktor geologi b. faktor ketersediaan sumber daya c. faktor iklim d. faktor teknologi 19. Perubahan sebagian atau seluruh fungsi lahan dari fungsi semula menjadi fungsi yang lain dan memengaruhi lingkungan dan potensi lahan itu sendiri disebut . . . . a. pergantian lahan b. penggunaan tanah 20. Dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman, yaitu produktivitas pangan akan menjadi . . . . a. naik b. turun c. signifikan d. menguntungkan II. Esai 1. Sebutkan batas wilayah ASEAN berdasarkan letak geografisnya! 2. Berikan contoh bahwa iklim dapat memengaruhi perubahan ruang dan interaksi antarruang! 3. Bagaimana peran teknologi komunikasi dalam interaksi antarruang di negara- negara ASEAN? 4. Jelaskan mengapa negara Singapura lebih berfokus pada perdagangan dan industri! 5. Jelaskan alasan negara-negara Asia Tenggara perlu mengandalkan kerja sama ekonomi!
konversi lahan permukiman di asean umumnya terjadi di wilayah