Orangyang bertakwa akan berperilaku baik yang sesuai aqidah di hadapan manusia maupun Allah swt. Orang yang bertakwa akan mendapat kasih sayang Allah di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana firman Allah berikut ini yang artinya: “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Q.S An-Nahl 16:128). Daridefinisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat diambil pengertian yang mendasar tentang pluralisme agama sebagai bentuk kemajemukan, keragaman dalam beragama, dan itu merupakan sebuah realita yang harus diterima. Seseorang baru dapat dikatakan menyandang sifat tersebut apabila ia dapat berinteraksi positif dalam lingkungan Didalam al-Qur’an banyak kita temui ayat tentang kerja seluruhnya berjumlah 602 kata, bentuknya : 1) Kita temukan 22 kata ‘amilu (bekerja) di antaranya di dalam surat al-Baqarah: 62, an-Nahl: 97, dan al-Mukmin: 40. 2) Kata ‘amal (perbuatan) kita temui sebanyak 17 kali, di antaranya surat Hud: 46, dan al-Fathir: 10. Pembuatdosa besar bukan kafir karena masih percaya kepada Tuhan dan Nabi Muhammad saw, tetapi tidak juga dapat dikatakan mukmin karena imannya tidak lagi sempurna, maka inilah sebenarnya keadilan (menempatkan sesuatu pada tempatnya), akan tetapi di akhirat hanya ada syurga dan neraka, maka tempat bagi orang-orang yang berbuat dosa adalah di Artinya: “Jika seseorang berkata, "Manusia telah binasa" maka dialah yang paling binasa.” (HR Muslim, Abû Dâwûd, Ahmad dan Mâlik) Seorang penyair berkata : Jika perilaku seseorang buruk. Maka prasangkanya pun buruk. Dia wujudkan kebiasaannya dengan penuh keraguan. Dan memusuhi para pecintanya. karena ucapan musuhnya. Kumpulanhadits tentang akhlak - Sebagai seorang muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, tentu kita harus selalu menjaga sikap, etika dan akhlak kita kepada siapapun dan dimanapun agar setiap gerak-gerik kita selalu diridhoi oleh Allah SWT.Wajib bagi seorang muslim untuk berakhlak yang baik dalam sepanjang hidupnya, karena selain DqabHA. PEMBAHASAN Pengertian Iman Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan perbuatan. Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata. Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin orang yang beriman sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya Muhammad dan kepada Kitab Al Qur’an yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” An Nisa 136 Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia. Kata Iman yang tidak dirangkai dengan kata lain dalam al-Quran mengandung arti positif Dengan demikian, kata-kata iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau dengan ajarannya, dikatakan sebagai iman haq. Sedangkan yang dikaitkan dengan selainnya disebut iman bathil. Wujud Iman Akidah Islam dalam al-Quran disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu lapangan iman sangat luas. Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Wujud iman menurut tiga unsur, yaitu isi hati, ucapan, dan laku perbuatan. Isi hati dan perbuatan disebut pandangan hidup. Sedangkan laku perbuatan yang mewujudkan gerak berbuat dalam keseluruhan hidup manusia disebut sikap hidup. Sikap hidup seseorang bisa bernilai haq bisa juga bernilai bathil, tergantung pada pandangannya. Jika pandangannya adalah pandangan haq, maka sikap hidup atau perilakunya bernilai haq. Demikian juga sebaliknya, jika pandangan yang dimiiki pandangan bathil, maka sikap hidup atau perilakunya bernilai bathil. Dengan demikian ada dua wujud iman yaitu wujud iman haq dan wujud iman bathil Proses Terbentuknya Iman Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang berkesinambungan. Benih yang unggul apabila disertai pemeliharaan yang intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian halnya dengan benih Iman. Berbagai pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian seseorang baik dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan dll. Pada dasarnya, proses pembentukan iman. Diawali dengan proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah. Disamping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja seorang yang benci menjadi senang. Seorang anak harus dibiasakan terhadap apa yang diperintahkan Allah dan menjahui larangan Allah agar kelak nanti terampil melaksanakan ajaran Allah. Berbuat sesuatu secara fisik adalah satu bentuk tingkah laku yang mudah dilihat dan diukur. Tetapi tingkah laku tidak terdiri dari perbuatan yang nampak saja. Di dalamnya tercakup juga sikap-sikap mental yang tidak terlalu mudah ditanggapi kecuali secara langsung misalnya , melalui ucapan atau perbuatan yang diduga dapat menggambarkan sikap sikap mental tersebut. Tanda-Tanda Orang Beriman 1. Taqwa Taqwa adalah menjaga diri dari segala perbuatan dosa dengan melaksanakan segala apa yang diperintah oleh Allah SWT dan juga meninggalkan apa yang telah dilarang-Nya. Keimanan seseorang kepada Allah SWT belum sempurna jika ia tidak bertaqwa, yakni mewujudkannya dalam bentuk yang nyata dengan beramal shaleh atau berbuat kebaikan kepada orang lain. Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita untuk selalu bertaqwa dimana saja kita berada. Jika kita berada di pasar maka kita harus menunjukkan ketaqwaan dalam urusan kita di pasar, jika kita berada dalam klas yang sedang belajar kita juga harus bertaqwa kepada Allah dalam urusan menuntut ilmu dan mengajarkannya dan begitulah seterusnya dimana saja kita berada kita harus bertaqwa kepada Allah SWT tanpa harus ragu-ragu untuk melakukannya. Allah SWT sama sekali tidak membedakan derajat manusia berdasarkan suku, bangsa, bahasa, dan budaya, akan tetapi Allah SWT membedakan perbedaan antara seseorang dengan yang lainnya dengan taqwanya, barang siapa yang paling bertaqwa, maka dialah yang derajatnya paling mulia di sisi Allah SWT. 2. Malu Tanda keimanan yang amat penting dari seseorang yaitu al haya’ atau mempunyai rasa malu. Maksud dari mempunyai rasa malu disini bukan kita merasa malu berbicara di depan orang banyak sehingga merasakan panas dingin jika berbicara di depan umum atau kita merasa malu dengan penampilan yang kurang meyakinkan atau kurang keren di depan teman-teman kita dalam suatu acara. Akan tetapi, rasa malu yang harus kita tanam sebagai orang yang beriman yaitu malu jika kita tidak melakukan perbuatan atau hal-hal yang telah dibenarkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Oleh karena itu sangatlah penting bagi kita mempunyai rasa malu seperti ini, agar tentunya tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan. Bahkan, keimanan dengan rasa malu menjadi sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dan tentunya tidak boleh juga kita pisah-pisahkan sendiri seperti dua sisi mata uang yang tidak diakui dan tidak bisa digunakan sebagai alat pembayaran yang sah. Bila malu tidak ada pada jiwa seseorang yang mengaku beriman, pada hakikatnya dia tidak beriman. Haya’ rasa malu terdapat dua macam yaitu Malu naluri haya’ nafsaniy, yaitu rasa malu yang dikaruniakan Allah kepada setiap diri manusia, seperti rasa malu kelihatan auratnya atau malu bersenggama di depan orang lain. Dalam hal ini tentu kita harus selalu tunduk dan patuh kepada Allah SWT dengan segala ketentuan-Nya dengan mengkaruniakan kita malu naluri. Bila kita memiliki rasa malu terhadap diri sendiri dan juga kepada orang lain pasti kita akan selalu menjaga aurat jangan sampai kelihatan dihadapan orang lain. Oleh karena itu, orang yang tidak memiliki rasa malu harus diwaspadai, sebab kalau dia telah merusak citra dirinya sendiri, sangat mungkin baginya untuk merusak citra orang lain. Malu imani haya’imaniy, ialah rasa ma!u yang bisa mencegah seseorang dari melakukan perbuatan maksiat karena takut kepada Allah SWT. Setiap muslim haruslah memiliki sifat malu kepada Allah yang sebenar-benarnya, malu yang ditunjukkan dimana saja, kapan saja, dan dalam situasi serta kondisi yang bagaimanapun juga. Bukan hanya malu untuk menyimpang ketika berada di masjid dan sejenisnya, tapi tidak malu-malu untuk melakukan penyimpangan di pasar, kantor, bahkan saat sendirian. Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi kita untuk selalu memperkokoh rasa malu sehingga tidak ada kejelekan sedikitpun dari sifat malu tersebut. 3. Syukur Tanda keimanan seseorang yang amat penting adalah selalu bersyukur. Allah SWT menganugerahkan nikmat yang banyak kepada manusia. Setiap detik dalam kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dengan yang namanya nikmat Allah SWT. Oleh karena itu, sudah sepatutnya manusia selalu bersyukur kepada Allah SWT. Syukur berarti “berterima kasih kepada Allah SWT”. Dalam arti lain, syukur ialah memanfaatkan nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita sesuai dengan kehendak yang memberikannya. Bersyukur mengandung banyak manfaat, diantaranya yaitu mengekalkan dan menambah nikmat itu pula dengan nikmat yang lain yang berlimpah, Allah SWT berfirman “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih” QS Ibrahim [14]7. Ada tiga macam cara kita bersyukur kepada Allah SWT Bersyukur dengan hati, yakni mengakui dan menyadari bahwa nikmat yang diperolehnya berasal dari Allah SWT. Bersyukur dengan lisan, yaitu dengan mengucapkan “Alhamdulillah” yang berarti segala puji bagi Allah. Bersyukur dengan perbuatan, seperti melakukan perbuatan yang baik, sesuai dengan tuntutan agama. Allah SWT melimpahkan nikmat yang banyak kepada manusia. Secara garis besar nikmat Allah terbagi atas dua macam yaitu nikmat yang menjadi tujuan dan nikmat yang menjadi alat untuk mencapai tujuan. Ciri-ciri nikmat yang pertama adalah kekal, diliputi kebahagiaan dan kesenangan, sesuatu yang mungkin dicapai, dan segala kebutuhan terpenuhi. Adapun nikmat yang kedua meliputi kebersihan jiwa dalam bentuk iman dan akhlak yang mulia, kelebihan tubuh seperti kesehatan dan kekuatan, hal-hal yang membawa kesenangan jasmani, seperti harta dan kekuasaan, dan hal-hal yang membawa sifat keutamaan seperti pertolongan dan lindungan dari Allah SWT. 4. Sabar Yang terakhir atau yang Keempat dari tanda keimanan seseorang yaitu sabar. Sabar berasal dari bahasa Arab yaitu shabara-yashbiru-shabran yang artinya menahan atau mengekang. Secara istilah sabar yaitu menahan diri dari bersikap, berbicara, dan bertingkah laku yang tidak dibenarkan oleh Allah SWT. Sabar merupakan bagian yang penting dari iman. Dalam hadits yang diriwayatkan oieh Abu Nu’aim, Rasulullah SAW bersabda bahwa sabar adalah sebagian dari iman. Kedudukan sabar bagi iman sangat penting, seperti kedudukan hari Arafah dalam ibadah haji. Nabi SAW melukiskan sabar sebagai barang yang sangat bernilai tinggi di surga. la juga pemah berkata, “sabar terhadap sesuatu yang engkau benci merupakan kebajikan yang besar” HR. At-Tirmidzi. 5. Ridha dengan Keputusan Allah Ridha berarti menerima keputusan kalah atau menang dengan hati yang lapang. Jika mendapat kemenangan maka siap untuk menjalankan tugas sebagai tanda kesyukuran kepada Tuhan, dan jika dinyatakan kalah, maka terima dengan hati yang lapang, dan merasa itu lebih baik daripada menang. Seorang ulama tasauf, Ibnu Athaillah Sakandari menyatakan “Keridhaan adalah mengarahkan perhatian hati kepada ketentuan Tuhan bagi si hamba dan meninggalkan ketidaksenangan“. Seorang ulama yang lain, Ruwaim menyatakan’ Keridhaan adalah tenangnya hati dalam menjalani ketetapan Allah.“ Pernah suatu hari khalifah Umar bin Khattab menulis surat kepada gubernur Abu Musa al Asyari “Segala kebaikan terletak di dalam keridhaan. Malah jika engkau mampu jadilah orang yang ridha; dan jika engkau tidak mampu, maka jadilah orang yang sabar“ Tanda Orang Beriman Al Anfal 2-4 "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka karenanya, dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki nikmat yang mulia." Anfal 2-4 Dari Ayat tersebut telah jelas lah bahwa beberapa tanda-tanda orang yang benar-benar beriman kepada Allah adalah Bila disebut nama Allah gemetarlah Hatinya Apabila Dibacakan Ayat-ayat Allah bertambahlah Imannya Mereka selalu bertawakal Kepada Allah Mendirikan Shalat Menafkahkan berinfaq, shadaqoh Itulah tanda-tanda orang yang benar-benar beriman selain tanda-tanda yang lain yang Allah Gambarkan dalam surat Al fatihah dan surat-surat yang lainnya. Yang jadi renungan buat kita adalah sudahkah, pernahkah, kita ini bergetar atau atau bahkan menangis ketika disebut ayat-ayat Al Quran? atau justru kita tertawa terbahak-bahak padahal Al Quran menceritakan betapa pedihnya Azab Allah itu? semua jawabanya kembali kepada diri kita masing-masing, marikita introspeksi / muhasabah / evaluasi diri kita sebelum Allah yang turun tangan untuk mengevaluasi kita di Yaumul Akhir nanti. Korelasi Keimanan dan Ketakwaan Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang berpandangan dan bersikap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul yakni orang yang melaksanakan shalat, sebagai upaya pembinaan iman dan menafkahkan rizkinya untuk mendukung tegaknya ajaran Allah. Iman yang benar kepada Allah dan Rasulnya akan memberikan daya rangsang atau stimulus yang kuat untuk melakukan kebaikan kepada sesama sehingga sifat-sifat luhur dan akhlak mulia itu pada akhirnya akan menghantarkan seseorang kepada derajat takwa. Orang yang bertakwa adalah orang yang benar imannya dan orang yang benar-benar beriman adalah orang yang memiliki sifat dan akhlak yang mulia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang yang berakhlak mulia merupakan ciri-ciri dari orang yang bertakwa. Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tahuid teoritis adalah tahuid yang membahas tentang keesaan Zat, keesaan Zat, sifat dan Perbuatan Tuhan. Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah berhubungan dengan amal dan ibadah manusia. Tahuid praktis merupakan penerapan dari tauhid toritis. Seperti dengan kata lain, tidak ada yang disembah selain Allah , atau yang wajib disembah hanyalah Allah semata yang menjadikan-Nya tempat tumpuhan hati dan tujuan gerak langkah. Dalam ajaran islam yang dimaksud dengan tauhid yang sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menegakan tahuid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep, dan pelaksanaan, pikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian bertauhid adalah mengesakan Tuhan dengan pengertian yakin dan percaya kepada Allah melalui fikiran membenarkan dengan hati , mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan perbuatannya. Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid dan dengan mengamalkan semua perintah Allah dan menjahui larangannya./lalanurmala-lalanurmala Ini Cara Menjadi Mukmin Sejati imanKeimanan yang hakiki dalam diri seorang mukmin terdiri dari tiga komponen, yaitu pertama, hati meyakini kebenaran tentang keesaan Tuhan. Kedua, lisan mengikrarkan kalimat syahadat, dan ketiga anggota badan mempraktekkan ajaran agama. Dalam hal ini, Syekh al-Nawawi al-Bantani dalam Tafsirnya Marah Labid pernah menjelaskan bahwa orang yang mengaku Ahli Tauhid harus melakukan empat hal ini agar keimanannya menjadi menjelaskan“Seyogyanya ahli La ilaha illa Allah melakukan empat hal ini, agar menjadi mukmin sejati. Pertama, Membenarkan التصديق. Kedua, mengagungkanالتعظيم.Ketiga, merasa nyaman الحلاوة. Keempat, merdeka atau bebas الحرية. Barangsiapa yang tak membenarkan keesaan-Nya maka termasuk orang munafik, serta siapapun yang tak mengagungkan-Nya maka termasuk ahli bid’ah, juga barangsiapa yang tak merasakan manisnya iman, maka ia termasuk orang yang Riya’ pamer, dan siapa saja yang terikat dari cengkraman makhluk maka ia termasuk orang melawan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa orang beriman yang meyakini kebenaran kalimat tauhid harus dibuktikan dengan perilaku yang sesuai dengan ajaran, serta tak hanya diucapkan lisan saja tapi harus diyakini oleh hati yang terdalam. Begitu juga harus menghormati orang lain terutama orang yang sesama seiman. Imam al-Munawi dalam Faidhul Qadir mengutip perkataan Ali bin Abi Thalibﻭﻗﺎﻝ ﻋﻠﻲ ﻛﺮﻡ اﻟﻠﻪ ﻭﺟﻬﻪ ﺃﻋﻠﻢ اﻟﻨﺎﺱ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﺃﺷﺪﻫﻢ ﺣﺒﺎ ﻭﺗﻌﻈﻴﻤﺎ ﻷﻫﻞ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ اﻟﻠﻪArtinya Manusia yang paling makrifat atau mengetahui Allah yaitu orang yang paling cinta dan juga menghormati orang yang ahli La ilaha illa kita termasuk orang yang dimudahkan dalam mengucapkan kalimat La ilaha illa Allah menjelang akhir hayat. Status, kedudukan dan kualitas manusia, sesungguhnya ditentukan oleh dirinya sendiri. Setiap orang normal, dibekali oleh Allah dengan potensi yang seimbang, masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan. Sebagai potensi untuk mengembangkan dirinya sendiri, manusia diberi akal dan pikiran serta kemauan, kehendak dan kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan kejadian fisik dan mentalnya yang sangat sempurna. Baik dan buruknya seseorang serta hina dan mulianya tergantung pada perjuangannya dalam mengusahakan kemuliaan dan menghindari kehinaan. Seorang mukmin yang kuat dan berilmu, lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari seorang mukmin yang lemah dan tidak berilmu. Dalam Al-Qur’an dijelaskan kriteria manusia mukmin yang kamil atau paripurna insan kamil, disebut tersebar dalam berbagai ayatnya. Kriteria tersebut bisa diusahakan oleh setiap orang, apabila ia menghendakinya. إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ حَقّٗاۚ لَّهُمۡ دَرَجَٰتٌ عِندَ رَبِّهِمۡ وَمَغۡفِرَةٞ وَرِزۡقٞ كَرِيمٞ “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka karenanya, dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. Yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki nikmat yang mulia.” QS. Al-Anfal, [8] 2-4. Ayat di atas menjelaskan bahwa ada lima kriteria bagi orang-orang mukmin sejati yaitu 1 Senantiasa mengingat Allah, 2 Bila mendengar ayat-ayat Allah imannya bertambah, 3 Bertawakkal, 4 Menegakkan shalat dan 5 Menginfakkan sebagain rezkinya. Orang yang senantiasa mengingat Allah di mana saja ia berada, pastilah segala perbuatan dan tindakannya akan terkontrol dengan baik. Segala langkah dan perbuatannya akan selalu disesuaikan dengan petunjuk al-Qur’an dan al-Sunnah. Mereka menyadari betul bahwa dengan berbuat baik sajalah seseorang akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Mereka yang senantiasa berzikir kepada Allah, akan terlepas dari segala tipu daya Syaitan baik yang halus maupun kasar. Manusia yang telah tertipu oleh kejahatan akan berusaha menjerumuskan orang-orang yang baik dan beriman, karena orang seperti itu telah dikuasai oleh Syaitan. Akan tetapi bila orang-orang yang beriman itu berpegang teguh pada bimbingan wahyu-Nya pasti akan terhindar dari tipu daya mereka. Manusia yang lengah dan berpaling dari mengingat Tuhan, akan tercampakkan kepada kehinaan dunia dan akhirat. وَمَن يَعۡشُ عَن ذِكۡرِ ٱلرَّحۡمَٰنِ نُقَيِّضۡ لَهُۥ شَيۡطَٰنٗا فَهُوَ لَهُۥ قَرِينٞ “Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah Al Quran, kami adakan baginya syaitan yang menyesatkan Maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” QS. al-Zukhruf, [43] 36. Manusia mukmin yang selalu ingat kepada Allah tidak akan kehilangan kontrol pada dirinya dan keseimbangan dalam kehidupannya. Ia akan hidup istiqamah, tidah mudah diombang-ambingkan oleh kekuatan yang berada di luar dirinya. ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ "Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. QS. al-Ra’du, [13] 28. Kriteria mukmin sejati selanjutnya adalah mereka yang apabila mendengar atau memperhatikan ayat-ayat Allah, imannya bertambah kuat. Ayat-ayat Allah yang kita baca atau perhatikan, terdiri dari dua macam, yaitu ayat-ayat Qur’aniyah dan ayat-ayat yang tidak tertulis yang disebut ayat Kauniyah, segala kejadian dan peristiwa yang ada dalam alam semesta. Suasana hati seperti itulah yang membuat Umar bin Khatab menjadi insaf, ketika ia mendengar beberapa ayat al-Qur’an. Umar waktu itu, berniat akan menyiksa adik perempuannya karena masuk Islam, ia merasa tertarik ketika mendengar adiknya membaca awal surat Thaha. Umar kemudian insaf dan segera masuk Islam mengikuti jejak adik perempuannya Fathimah. Tawakkal adalah menyerahkan segala sesuatu kepada Allah setelah berikhtiar semaksimal mungkin yang bisa dilakukan. Manusia mukmin harus bersungguh-sungguh dalam berusaha terlebih dahulu, baru kemudian bertawakkal. Nabi menggambarkan tawakkal dengan usaha terlebih dahulu, sehingga usahanya berhasil, seperti yang dijelaskan dalam hadisnya لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا رواه الترمذي “Sekiranya kalian bertawakkal kepada Allah, dengan tawakkal yang sebenarnya, pasti kamu akan diberi rizki seperti burung diberi rizki. Burung itu terbang di waktu pagi dalam keadaan lapar dan kembali di waktu sore dalam keadaan kenyang.” HR. Tirmidzi, No 2266. Hadits di atas menjelaskan kepada kita perumpamaan dari ikhtiar atau usaha yang dilakukan burung yang kita lihat setiap saat. Burung-burung itu terbang ke sana-kemari mencari makanan dan baru kembali di waktu sore dalam keadaan kenyang. Selain dari kriteria di atas, insan kamil dilengkapi juga dengan kriteria selanjutnya yaitu menegakkan shalat dan menafkahkan rizki yang diperolehnya. Dr KH Zakky Mubarak, Rais Syuriyah PBNU * Tulisan ini dinukil dari Facebook Zakky Mubarak Syamrakh Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan perbuatan. Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata. Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin orang yang beriman sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya Muhammad dan kepada Kitab Al Qur’an yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” An Nisa 136 Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia. Iman Kepada Malaikat Salah satu makhluk Allah swt. yang diciptakan di alam ini adalah malaikat. Dia bersifat gaib bagi manusia, karena tidak dapat dilihat ataupun disentuh dengan panca indra manusia. Sebagai muslim kita diwajibkan beriman kepada malaikat. Iman kepada malaikat tersebut termasuk rukun iman yang kedua. Apa yang dimaksud iman kepada malaikat? Iman kepada malaikat berarti meyakini dan membenarkan dengan sepenuh hati bahwa Allah telah menciptakan malaikat yang diutus untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu dari Allah. Dasar yang menjelaskan adanya makhluk malaikat tercantum dalam ayat berikut ini yang artinya “Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan untuk mengurus berbagai macam urusan yang mempunyai sayap masing-masing ada yang dua, tiga dan empat.” Fatir 1 Hal tersebut juga dijelaskan dalam hadits riwayat Muslim tentang iman dan rukunnya. Dari Abdullah bin Umar, ketika diminta untuk menjelaskan iman, Rasulullah bersabda, “iman itu engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya dan hari akhir serta beriman kepada ketentuan takdir yang baik maupun yang buruk.” Dalam hadits tersebut, percaya kepada malaikat merupakan unsur kedua keimanan dalam Islam. Percaya kepada malaikat sangatlah penting karena akan dapat memurnikan dan membebaskan konsep tauhid dari bayangan syirik. Dari ayat dan hadits di atas dapat diketahui bahwa beriman kepada malaikat merupakan perintah Allah dan menjadi salah satu syarat keimanan seseorang. Kita beriman kepada malaikat karena Al Qur’an dan Nabi memerintahkannya, sebagaimana kita beriman kepada Allah dan Nabi-Nya. Ilustrasi ciri-ciri mukmin, Foto PixabayMenjadi mukmin sejati merupakan cita-cita semua Muslim. Namun, untuk menjadi seorang mukmin yang sejati pastilah tidak mudah karena banyak halangan dan rintangannya. Mukmin ialah orang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT. Mematuhi segala perintah dan menjauhi seluruh Ciri Mukmin dalam Al Quran Ciri-ciri seorang mukmin dijelaskan dalam Alquran surat Al- Anfal ayat 2-4. Dalam surat tersebut Allah SWT berfirman.“Orang beriman adalah mereka yang mendengar nama Allah disebutkan, gemetar hati mereka. Jika dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, iman mereka bertambah dan kepada Tuhan mereka bertawakal. Yaitu orang yang salat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang beriman yang sebenarnya.” Al-Anfal2-4Dikutip dari buku Menikmati Jamuan Allah Oleh Syekh Muhammad al-Ghazali penjelasan dari ayat tersebut adalah sebagai Rasa Gemetar Hatinya kepada AllahAdapun penjelasan yang pertama yaitu orang mukmin jika disebutkan nama Allah muncul rasa takut dalam hatinya. Rasa takut tersebut adalah sebagai bentuk dari mengagungkan nama Allah. Orang mukmin tidak akan berani melanggar apapun yang telah ditetapkan menjadi suatu larangan, dan akan selalu mentaati setiap Imannya Jika Dibacakan Ayat Al-QuranIlustrasi ciri-ciri mukmin, Foto PixabaySelanjutnya, seorang mukmin menjadikan ayat Alquran sebagai prioritas utama dalam diri kaum muslimin. Mereka menjadikan ayat-ayat Alquran sebagai motivasi untuk lebih meningkatkan keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Ketika Alquran dibaca baik oleh dirinya ataupun orang lain, seorang mukmin dapat mengambil manfaat tersebut dengan bertambahnya rasa Hanya kepada AllahKemudian, orang mukmin akan menyerahkan segala urusannya hanya kepada Allah SWT, bukan orang lain. Orang mukmin yakin bahwa segala sesuatu hal tidak akan terwujud kecuali atas kehendak Allah mukmin akan mendirikan sholat secara sempurna. Seseorang yang telah memiliki keimanan yang kuat akan lebih khusyuk dalam menjalankan ibadah sholat, baik wajib atau sunnah meski banyak gangguan. Hal ini dikarenakan sholat adalah sarana mediasi seorang hamba yang ingin berkomunikasi dengan Allah dikatakan mukmin ketika ia menginfakkan hartanya di jalan Allah SWT. Selain itu, orang mukmin pasti menunaikan kewajiban dan ibadah yang berhubungan dengan harta tersebut dengan ikhlas. Ini bertujuan untuk membersihkan harta dan menyucikan SAW juga pernah menjelaskan tentang bukti keimanan seseorang dapat dilihat dari sholat dan sedekahnya dalam hadist Riwayat Muslim. Rasulullah SAW bersabda "Sholat adalah cahaya dan sedekah adalah bukti." HR. MuslimSelanjutnya pada akhir surat Al-Anfal, ciri-ciri orang mukmin ditambah dengan kriteria khusus. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Anfal ayat 74“Orang beriman dan berhijrat serta berjihad di jalan Allah dan orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan, mereka itulah mukmin sejati.” QS. Al-Anfal74

bagaimanakah seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna